Siklus Implementasi Last Planner System

Keterlambatan waktu pada saat pelaksanaan masih menjadi permasalahan utama di dunia konstruksi Indonesia, sehingga diperlukan manajemen waktu yang baik untuk mengurangi risiko keterlambatan yang dapat terjadi. Salah satu metode manajemen waktu yaitu Last Planner System (LPS) yang masih relatif belum banyak diimplementasikan pada proyek konstruksi.

Last Planner System sendiri adalah suatu metodologi kerja kolaboratif, berdasarkan filosofi Lean, yang bertujuan untuk mencapai alur kerja yang terus menerus dan dapat diprediksi. Menciptakan nilai melalui penghapusan pemborosan (waste).

Last Planner System mempunyai indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aliran pekerjaan dapat tercapai dengan baik, adapun aliran kerja Last Planner System yaitu diantaranya master plan, phase planning dan pull planning, lookahead planning, constraints analysis, shielding production, weekly work plan dan percent plan complete (ppc) sebagai standar untuk mengontrol unit-unit produksi, menentukan jadwal proyek, strategi pelaksanaan dan lain-lain. 

Aliran kerja pada Last Planner System.

  • Master Plan

Berfungsi sebagai untuk mendapatkan rencana umum yang mengidentifikasi semua pekerjaan untuk keseluruhan proyek yang mana menunjukan kegiatan utama, durasi serta urutan

  • Phase Planning dan Pull Planning

Berfungsi untuk dapat menghasilkan jadwal secara rinci yang mencakup setiap fase proyek sebagai fondasi dalam menentukan perencanaan lebih lanjut, kerangka struktural dan finishing

  • Lookahead Planning

Inti dari proses lookahead sendiri ini adalah sebuah schedule yang berisi pekerjaan-pekerjaan yang berpotensi untuk dikerjakan. Beberapa dari assignments yang masuk dalam lookahead planning dilakukan juga oleh constraints analysis untuk dapat benar-benar dilaksanakan.

  • Constraints Analysis

Merupakan suatu hambatan yang berupa kontrak, desain, submittals, material, pekerjaan prasyarat, ruang/area kerja, peralatan, pekerjaan dan lain-lain. Untuk dapat melakukan Constraints Analysis, memerlukan adanya kerjasama dengan seluruh pihak yang terlibat. Bila Constraints Analysis ini tidak dilakukan maka akan cenderung terlalu reaktif bila sesuatu tiba-tiba terjadi dalam pelaksanaan berjalannya suatu proyek.

  • Shielding Production

Dengan membuat Assignments yang berkualitas atau shielding production maka akan dapat melindungi unit-unit produksi dari aliran kerja yang tidak pasti (uncertainty workflow)  

  • Weekly Work Plan (WWP)

Merupakan rencana paling rinci dari last planner system. WWP sendiri di ambil dari tugas kontraktor untuk hari atau minggu berikutnya melalui pertemuan pada setiap minggunya.  WWP menggambarkan secara langsung keterkaitan tugas-tugas pekerjaan untuk mendorong proses produksi. Pada setiap akhir produksi dilakukan monitoring serta evaluasi untuk menganalisa apakah rencana yang dibuat berjalan efektif serta apa yang menjadi kendala.

  • Percent Plan Complete (PPC)

Merupakan jumlah dari Assignments yang telah diselesaikan dibagi dengan jumlah semua assignments rencana, dan ditulis dalam bentuk persentase.

Dari Implementasinya Last Planner System sangatlah bermanfaat untuk proyek konstruksi. Proses siklus Last Planner System tidak bisa terputus dan membutuhkan approach yang benar, karena jika tidak dimulai dengan benar jalannya Last Planner System bukan menjadi keuntungan malah menjadi kerugian. Culture juga harus dibentuk pada awal untuk melakukan proses LPS.

 

Tinggalkan Balasan

How can we help you?

Contact us at the PQI Consultant office nearest to you or submit a business inquiry online.

Looking for a First-Class Business Plan Consultant?