Lean Construction Mendukung Kebutuhan Energi Nasional di Proyek Pembangunan Gas Processing Facility Jambaran Tiung Biru
- 04/10/2018
- Posted by: PQI Consultant
- Categories: Blog, Lean Construction
Pembangunan fasilitas pemrosesan gas (gas processing facility/GPF) yang menjadi bagian dari pengembangan Lapangan Jambaran Tiung Biru (JTB) di Bojonegoro, Jawa Timur merupakan sebuah mega-proyek yang dikerjakan bersama konsorsium RJJ (PT Rekayasa Industri, JGC Corporation, dan JGC Indonesia). Proyek ini tertera dalam kontrak EPC (engineering, procurement, construction) GPF Jambaran Tiung Biru dengan PT Rekayasa Industri (Rekind) yang memimpin konsorsium ini. Nilai investasi proyek ini adalah sekitar US$ 1,5 miliar yang telah dipangkas dari nilai awal sebesar US$ 2,1 miliar.
Adapun Lapangan JTB merupakan fasilitas yang dimiliki PT Pertamina EP Cepu (PEPC) untuk memproduksi gas. Gas tersebut akan dikirim melewati saluran pipa sepanjang 11,5 kilometer kepada PT PLN (Persero) selaku pembeli. Proyek yang direncanakan rampung dalam jangka waktu 36 bulan ini atau mulai berproduksi (onstream) di akhir kuartal ketiga tahun 2020, hasil akhirnya adalah gas dari lapangan JTB akan terkoneksi dengan pipa Gresik – Semarang sepanjang 267 kilometer berdiameter 28 inci. Proyek ini didesain dengan kapasitas pasokan gas sebesar 330 MMSCFD (million metric standard cubic feet a day) untuk memproduksi 172 MMSCFD sales gas.
PQI Consultant -“Sebuah Semangat Untuk Terus Maju dan Berkembang”
Dalam proyek ini, Rekind tidak hanya dituntut untuk mampu memiliki standar kerja yang tinggi dalam hal ketepatan waktu, biaya, kualitas, dan safety. Sehingga Rekind diharapkan untuk turut mendukung proyek strategis nasional di bidang infrastruktur energi yang menjadi prioritas dengan menyuguhkan ide-ide inovasi di bidang rekayasa dan konstruksi sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi pemilik proyek, pemerintah, industri, dan masyarakat yang nantinya akan merasakan manfaat dari gas JTB.
Demi mewujudkan tuntutan dari seluruh pihak terkait suksesnya proyek ini, salah satunya adalah dengan melakukan penerapan konstruksi ramping (lean construction). Lean construction tergolong sebuah metode yang fresh dan baru dalam dunia konstruksi modern. Metode lean construction melakukan identifikasi keuntungan dari sisi pelanggan dan identifikasi pemborosan (waste) yang sistemnya akan mempertemukan setiap pemegang kepentingan yang terlibat dalam proyek konstruksi secara umum maupun khusus. Lean construction akan mengatur kolaborasi setiap pihak berkepentingan sehingga dapat memberikan input berupa saran, perbaikan untuk efisiensi dan efektifitas pekerjaan, serta improvement dalam setiap tahap pekerjaannya.
Perencanaan konstruksi dengan sistem lean construction sebelumnya telah banyak diterapkan pada beberapa proyek besar di Amerika Serikat. Salah satunya pada Proyek Pacific Contracting di San Francisco yang dilakukan oleh kontraktor spesialis cladding dan atap untuk peningkatan pergantian tahunan dengan 20% dalam 18 bulan dengan personil yang tidak berbeda. Penerapan ini pun berhasil membuat waktu pekerjaan menjadi lebih cepat dalam waktu 15 bulan dan penghematan anggaran hingga 8%.
Penerapan lean construction dalam sebuah proyek nyata di Indonesia bisa dibilang adalah yang pertama kalinya pada Proyek Pembangunan Gas Processing Facility Jambaran Tiung Biru ini. Hal ini tentunya menjadi sebuah semangat dan sekaligus tantangan untuk mengembangkan sebuah metode baru berjuluk lean construction dengan tujuan eksekusi proyek yang efektif, efisien, dan berkualitas unggul dalam rangka mendukung kebutuhan energi nasional. Maju terus dunia konstruksi di Indonesia!