Resilience Supply Chain

PQI Consultant –“Risk comes from not knowing which cog in your supply chain is in trouble”Warren Buffett

Tidak bisa dipungkiri bahwa supplycChain merupakan bagian integral dari company sustainability. Beberapa world class company menempatkan supply chain menjadi salah satu key initiative untuk menopang company sustainability. Keberadaan supply chain di era distruption saat ini menjadi tantangan tersendiri. Perubahan di rantai supply chain tidak lagi seperti dahulu. Jika dahulu, perubahan terjadi secara single event dan perubahannya membutuhkan waktu yang cukup lama, namun sekarang, yang teradi adalah perubahannya bukan  lagi single event  melainkan begitu kompleks dan interval waktu perubahannya pun sangan berdekatan bahkan tidak jarang terjadi secara overlap.

Tidak heran,  di era disruption ini sering disebut sebagai era VUCA – volatile, uncertain, complex, ambique. Salah satu kajian yang dilakukan oleh beberapa ahli menunjukkan fakta yang mencengangkan, mereka menemukan bahwa  90% perusahaan tidak mengetahui bahwa supplier utama mereka tidak mempunyai  business continuity plans. Padahal supplier utama merupakan penopang untuk bisnis perusahaan. Business continuity plans berperan untuk memastikan supply material ke perusahaan tidak terganggu.

Jadi apa yang perlu dilakukan agar supply chain bisa menjadi garda terdepan untuk mendukung sustainability company?

Risk based supply chain approach bisa menjadi salah satu pilihan dalam memenangkan kompetisi di era VUCA ini. Mitigasi resiko dalam rantai supply chain dapat dilakukan melalui beberapa langkah
  • (1) mengidentifikasi/antisipasi resiko
  • Dalam mengidentifikasi resiko harus mempertimbangkan faktor internal ataupun eksternal. Beberapa faktor eksternal yang harus mendapatkan perhatian serius misalnya perubahan iklim, perubahan regulasi, perubahan ekonomi, perubahan sosial, perubahan teknologi dll. Faktor internal perusahaan pun harus mendapatkan perhatian  misalnya sistem, infrastruktur, kompetensi karyawan dll.
  • (2) melakukan penilaian resiko
  • Setelah kita mengidentifikasi resiko, selanjutnya kita harus menilai resiko tersebut. Resiko dinilai berdasarkan kemungkinan resiko tersebut terjadi (likelihood) dan jika resiko tersebut benar-benar terjadi, dampak yang ditimbulkan sebesar apa (impact). Kombinasi likelihood & impact menghasilkan level resiko yang harus menjadi pertimbangan untuk menentukan prioritas resiko yang mana yang akan di-manage. Bisa jadi, kita bisa mendapatkan puluhan bahkan ratusan resiko, namun kita mesti membuat prioritas. Ingat hukum pareto, 20% issue berkontribusi 80% hasil, artinya pilih 20% resiko  (key risk) yang akan berkontribusi terhadap 80% hasil.
  • (3) me-mitigasi resiko
  • Jika prioritas resiko suda ditetapkan, saatnya menentukan mitigasi resikonya. Beberapa best practice dalam supply chain risk mitigation antara lain menghindari single supplier, menggunakan financially secure suppliers-jika memungkinkan, pilih suplier yang mempunya risk management yang kuat,  diversify suppliers – sebisa mungkin ambil supplier in different geographic regions, identifikasi alternative supplier, dll
  • (4) membuat business continuity plan
  • Dan tak kalah pentingnya, di internal perusahaan juga menerapkan supply chain business continuity plan (BCP). Saat kondisi normal, BCP membantu mengurangi resiko yang mungkin terjadi di rantai supply chain. Di saat resiko benar-benar terjadi, BCP membantu men-guide bagaimana me- respond resiko yang terjadi kemudian me-recover kondisi yang ada sehingga mempercepat me-recovery ke kondisi normal kembali.

PQI Consultant –“A chain is no stronger than its weakest link, and life is after all a chain”,William James.

Tinggalkan Balasan

How can we help you?

Contact us at the PQI Consultant office nearest to you or submit a business inquiry online.

Looking for a First-Class Business Plan Consultant?